Senin, 27 Januari 2014

Pengelolaan Kas



Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Karena sifat likuidnya tersebut, kas memberikan keuntungan yang paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di bank dalam bentuk rekening giro yang diterima oleh perusahaan persentasenya akan lebih rendah daripada kalau disimpan dalam bentuk deposito berjangka (yang tidak setiap saat bisa diuangkan). Karena itu masalah utama bagi pengelolaan kas adalah menyediakan kas yang memadai, tidak terlalu banyak (agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar) tetapi tidak terlalu sedikit (sehingga akan mengganggu likuiditas perusahaan).

1.        Motif Memiliki Kas
John Maynard Keynes menyatakan bahwa ada tiga motif untuk memiliki kas yaitu :
o         Motif transaksi
o         Motif berjaga-jaga
o         Motif Spekulasi

2.      Model-model Manajemen Kas
2.1  Model Persediaan
Baumol (1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam suatu perusahaan mirip dengan pemakain persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan. Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar.Karena itu seharusnya ada penyeimbangan.
Masalah yang sama juga terjadi untuk persediaan.Misalkan suatu toko buku menghadapi permintaan buku manajemen keuangan secara ajeg setiap waktu. Misalkan permintaan buku tersebut dalam satu tahun adalah 240 satuan, dan toko buku tersebut memesan Q satuan setap kali pesan. Dengan demikian frekuensi pesanan dalam satu tahun adalah,
Frekuensi pesanan 1 tahun = penjualan/Q = 240/Q
Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan
Biaya simpan per tahun = (Q/2)i
Biaya pemesanan dalam 1 tahun (D/Q)o
Y = (Q/2)I + (D/Q)o
(dy/dQ) = (i/2) – (oD/Q2) = 0
(oD/Q2) = (i/2)
iQ2  = 2oD
  Q   = [(2oD/i]1/2
           
2.2  Model Miller dan Orr
Bagaimana kalau penggunaan kas per harinya tidak konstan? Untuk itu dua penulis, Miller dan Orr merumuskan model sebagai berikut. Dalam keadaan penggunaan dan pemasukan kas bersifat acak, perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas, perusahaan perlu merubah sejumlah tertentu kas, agar saldo kas kembali ke jumlah yang diinginkan.Sebaliknya apabila kas saldo menurun dan mencapai batas bawah, perusahaan perlu menjual sekuritas agar saldo kas naik kembali ke jumlah yang diinginkan.

3.      Sistem Pengumpulan dan Pembayaran Kas
Dalam perekonomian pembayaran transaksi dilakukan tidak lagi dengan uang tunai tetapi dengan cheque, timbul situasi dimana pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan tidak segera mengurangi saldo kas, dan penerimaan cheque tidak segera diikuti dengan penambahan saldo kas. Misalkan kita membayar dengan cheque senilai Rp100 juta pada tanggal 13 Oktober 1993. Sebelum kita membayar (dan menulis cheque tersebut), saldo rekening giro kita di bank misalnya Rp300 juta. Dengan demikian setelah pembayaran tersebut kita mencatat bahwa saldo kita tinggal Rp200 juta tetapi bank kita belum mengurangkan jumlah tersebut sampai cheque tersebut dikliringkan.

4.      Portofolio Investasi
Misalkan perusahaan saat ini memiliki saldo kas sebesar Rp600 juta. Diperkirakan (dari anggaran kas yang disusun) Rp400 juta diantaranya baru akan dipergunakan pada tiga bulan yang akan datang. Untuk itu manager keuangan bisa, misalnya mendepositokan Rp400 juta tersebut untuk jangka waktu 3 bulan dengan bunga (misal) 12% per tahun. Dengan demikian selama 3 bulan tersebut perusahaan akan memperoleh penghasilan dari investasinya sebesar
(0,12/12) x 3 x Rp400 juta = Rp12,0 juta
Kalau misalkan manager tersebut tidak yakin bahwa dana yang bebas selama 3 bulan mendatang akan mencapai sebesar Rp400 juta, maka ia bisa memutuskan mendepositokan jumlah yang kurang dari Rp400 juta. Kalau cara ini ditempuh, maka keuntungan yang diterima tentu akan lebih kecil dari Rp12 juta. Cara lain adalah melakukan diversivikasi. Ia bisa menginvestasikan dana sebesar Rp400 juta tersebut pada berbagai jenis saham. Esensi pengaturan kas tersebut adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan kas. Jumlah saldo kas yang terlalu banyak memang baik apabila dipandang dari sisi likuiditas, tetapi tidak menguntungkan apabila dipandang dari aspek profitabilitas. Hal yang sebaliknya berlaku apabila saldo kas terlalu kecil, karena itulah pengaturan kas diperlukan.

Referensi :
Buku dasar-dasar manajemen keuangan edisi kelima Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti