Kas merupakan bentuk aktiva yang
paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial
perusahaan. Karena sifat likuidnya tersebut, kas memberikan keuntungan yang
paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di bank dalam bentuk rekening
giro yang diterima oleh perusahaan persentasenya akan lebih rendah daripada
kalau disimpan dalam bentuk deposito berjangka (yang tidak setiap saat bisa
diuangkan). Karena itu masalah utama bagi pengelolaan kas adalah menyediakan
kas yang memadai, tidak terlalu banyak (agar keuntungan tidak berkurang terlalu
besar) tetapi tidak terlalu sedikit (sehingga akan mengganggu likuiditas
perusahaan).
1.
Motif
Memiliki Kas
John Maynard
Keynes menyatakan bahwa ada tiga motif untuk memiliki kas yaitu :
o
Motif transaksi
o
Motif berjaga-jaga
o
Motif Spekulasi
2.
Model-model
Manajemen Kas
2.1
Model
Persediaan
Baumol
(1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam suatu perusahaan
mirip dengan pemakain persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang
tinggi, perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan
untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih
menguntungkan. Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan
perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar.Karena itu
seharusnya ada penyeimbangan.
Masalah
yang sama juga terjadi untuk persediaan.Misalkan suatu toko buku menghadapi
permintaan buku manajemen keuangan secara ajeg setiap waktu. Misalkan
permintaan buku tersebut dalam satu tahun adalah 240 satuan, dan toko buku
tersebut memesan Q satuan setap kali pesan. Dengan demikian frekuensi pesanan
dalam satu tahun adalah,
Frekuensi
pesanan 1 tahun = penjualan/Q = 240/Q
Rata-rata
persediaan = (Q/2) satuan
Biaya
simpan per tahun = (Q/2)i
Biaya
pemesanan dalam 1 tahun (D/Q)o
Y = (Q/2)I
+ (D/Q)o
(dy/dQ) =
(i/2) – (oD/Q2) = 0
(oD/Q2)
= (i/2)
iQ2 = 2oD
Q = [(2oD/i]1/2
2.2
Model Miller
dan Orr
Bagaimana
kalau penggunaan kas per harinya tidak konstan? Untuk itu dua penulis, Miller
dan Orr merumuskan model sebagai berikut. Dalam keadaan penggunaan dan
pemasukan kas bersifat acak, perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas
bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas, perusahaan perlu
merubah sejumlah tertentu kas, agar saldo kas kembali ke jumlah yang
diinginkan.Sebaliknya apabila kas saldo menurun dan mencapai batas bawah,
perusahaan perlu menjual sekuritas agar saldo kas naik kembali ke jumlah yang
diinginkan.
3.
Sistem
Pengumpulan dan Pembayaran Kas
Dalam
perekonomian pembayaran transaksi dilakukan tidak lagi dengan uang tunai tetapi
dengan cheque, timbul situasi dimana pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan
tidak segera mengurangi saldo kas, dan penerimaan cheque tidak segera diikuti
dengan penambahan saldo kas. Misalkan kita membayar dengan cheque senilai Rp100
juta pada tanggal 13 Oktober 1993. Sebelum kita membayar (dan menulis cheque
tersebut), saldo rekening giro kita di bank misalnya Rp300 juta. Dengan
demikian setelah pembayaran tersebut kita mencatat bahwa saldo kita tinggal
Rp200 juta tetapi bank kita belum mengurangkan jumlah tersebut sampai cheque
tersebut dikliringkan.
4.
Portofolio
Investasi
Misalkan
perusahaan saat ini memiliki saldo kas sebesar Rp600 juta. Diperkirakan (dari
anggaran kas yang disusun) Rp400 juta diantaranya baru akan dipergunakan pada
tiga bulan yang akan datang. Untuk itu manager keuangan bisa, misalnya
mendepositokan Rp400 juta tersebut untuk jangka waktu 3 bulan dengan bunga
(misal) 12% per tahun. Dengan demikian selama 3 bulan tersebut perusahaan akan
memperoleh penghasilan dari investasinya sebesar
(0,12/12)
x 3 x Rp400 juta = Rp12,0 juta
Kalau
misalkan manager tersebut tidak yakin bahwa dana yang bebas selama 3 bulan
mendatang akan mencapai sebesar Rp400 juta, maka ia bisa memutuskan
mendepositokan jumlah yang kurang dari Rp400 juta. Kalau cara ini ditempuh,
maka keuntungan yang diterima tentu akan lebih kecil dari Rp12 juta. Cara lain
adalah melakukan diversivikasi. Ia bisa menginvestasikan dana sebesar Rp400
juta tersebut pada berbagai jenis saham. Esensi pengaturan kas tersebut adalah
untuk mengoptimalkan pemanfaatan kas. Jumlah saldo kas yang terlalu banyak
memang baik apabila dipandang dari sisi likuiditas, tetapi tidak menguntungkan
apabila dipandang dari aspek profitabilitas. Hal yang sebaliknya berlaku
apabila saldo kas terlalu kecil, karena itulah pengaturan kas diperlukan.
Referensi
:
Buku
dasar-dasar manajemen keuangan edisi kelima Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti