JAKARTA, KOMPAS.com - Wilayah
Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur kembali terendam
banjir, Selasa (5/3/2013). Pantauan Kompas.com, hingga pukul 11.04 WIB
air setinggi sekitar dua meter menggenangi wilayah tersebut. Dinas Sosial DKI
dan tim SAR telah menurunkan bantuan berupa perahu karet serta makanan siap
saji untuk penduduk Kampung Pulo.
Rodiah, ibu RT 05 RW 03 Kampung Pulo mengatakan,
air baru mulai memasuki kawasan Kampung Pulo pukul 02.00 WIB. "Tapi air
masuk ke rumah pukul 03.30," kata Rodiah yang saat ditemui tengah
mengungsi di rumah tetangganya.
Akibat banjir tersebut, listrik di kawasan
tersebut sudah padam sejak pukul 10.00 WIB. Menurut Rodiah, warga Kampung Pulo
tidak menyangka akan terjadi banjir lagi seperti yang terjadi Januari silam.
Namun, karena banjirnya tidak separah yang terjadi pada Januari, warga tetap
bisa beraktivitas seperti biasa.
"Motor-motor sudah dipindahkan ke daerah
yang tidak kena banjir," katanya.
Rodiah mengatakan, dia belum menerima bantuan
selain roti dari Suku Dinas Kesehatan yang diambilnya sendiri.
Banjir di Kampung Pulo tersebut juga menyebabkan
kemacetan lalu lintas di ruas jalan Kampung Melayu arah Jatinegara. Hal itu
diakibatkan sejumlah mobil stasiun televisi yang parkir di tepi jalan untuk
proses peliputan. Hal itu diperparah dengan adanya sejumlah mobil tim SAR dan
kendaraan pribadi yang menepi untuk melihat keadaan wilayah tersebut.
Sumber : Kompas.com
Berdasarkan metode ilmiah
1.
Perumusan masalah : kembalinya banjir yang merendam kota
Jakarta khususnya daerah kampung pulo yang disebabkan meluapnya kali-kali yang
melintasi ibukota ini. Namun ada faktor yang menyebabkan terjadinya banjir
tahunan ini bahkan banyak pengamat mengatakan lebih parah dibandingkan 2007
silam. Faktor tersebut adalah hilangnya daerah serapan air yang berada di
daerah bogor, semakin sempitnya sungai-sungai yang melintasi Jakarta karena
banyaknya masyarakat membangun rumah dibantaran sungai, kurangnya kesadaran
akan membuang sampah pada tempatnya serta banyaknya sedimentasi yang ada di
berbagai kali yang ada dan banyak drainasedrainase tidak terlalu berfungsi
ketika banjir tiba.
2.
Penyusunan hipotesis : untuk memecahkan masalah banjir
tahunan ini adalah dikembalikannya daerah resapan air sebagaimana mestinya,
melakukan pengerukan di berbagai kali yang mengalami pendangkalan dan merubah
mindset masyarakat dengan tidak membuang sampah dikali yang mengakibatkan
meluapnya air ketika banjir.
3.
Pengujian hipotesis : dari berbagai solusi di atas menyatakan
berbagai cara untuk mengatasi banjir dan masih perlu dilakukan pengkajian seta
eksperimen secara terus-menerus agar menghasilkan tujuan yang diharapkan.
4.
Penarikan kesimpulan : Jakarta harus bebas banjir karena
menyandang nama ibukota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar